Minggu, 05 Desember 2010

Lebih Jauh Mengenal ASPERGER SYNDROME PDF Print E-mail
Written by dr.Kristiantini Dewi,Sp.A   
Saturday, 17 April 2010 06:05
0diggsdigg

MENGAPA DIBERI NAMA “ASPERGER SYNDROME”
Asperger Syndrome (AS) pertamakali diperkenalkan di tahun 1940 oleh seorang dokter anak dari Vienna bernama Hans Asperger yang mendapatkan gejala-gejala prilaku autistik pada sekelompok anak laki-laki yang memiliki tingkat kecerdasan dan kemampuan berbahasa yang normal. Pada tahun 1981, dr. Lorna Wing mempublikasikan serial kasus dari sekelompok anak dengan karakteristik tersebut dan beliau menamakannya sebagai “Asperger Syndrome”. AS kemudian dimasukkan dalam World Health Organization’s diagnostic manual, International Classification of Diseases (ICD-10) dan dalam American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) pada tahun 1994 sebagai gangguan neurobehaviour yang berbeda dari autis. Namun demikian, masih banyak yang berpendapat bahwa AS adalah bentukan autis yang “lebih ringan”. Tidak ada laporan yang pasti mengenai insidens AS namun beberapa penelitian memperkirakan angka kejadian AS sekitar 2 dalam setiap 10.000 anak, laki lebih sering 3-4 kali lipat dibandingkan perempuan.

APA BEDANYA AS DENGAN AUTIS

AS merupakan bagian dari Autism Spectrum Disorder (ASD), yakni gangguan neurobehavior yang ditandai dengan adanya gangguan komunikasi, interaksi sosial dan perilaku. Yang membedakan AS dengan autis adalah tidak adanya keterlambatan berbahasa pada AS, namun cara mereka berbicara tidak seperti orang normal, mereka cenderung tidak memahami bahasa tubuh, tidak memahami sindiran ataupun humor. Selain itu, hal penting yang membedakan AS dengan autis adalah tidak adanya gangguan kognisi pada AS, bahkan anak AS mempunyai kecerdasan di atas rata-rata atau luar biasa sedangkan sebagian besar anak autis dilaporkan menunjukkan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata.

APA TANDA DAN GEJALA AS

Gejala yang paling menonjol dari AS adalah adanya keterpakuan minat pada objek atau topik tertentu yang terus menerus. Topik ini bisa bermacam-macam dan biasanya tidak terdapat pada anak normal. Misalnya seorang anak AS sangat minat kepada segala sesuatu tentang jalan tol, maka anak tersebut sangat hafal rute jalan tol sepanjang Bandung sampai ke Jakarta, sangat hafal ada berapa exit (jalan keluar) di sepanjang tol Bandung-Jakarta tersebut, lengkap dengan nama-nama pintu keluar tersebut, bahkan sampai hafal dengan jumlah biaya yang harus dibayarkan di tiap-tiap pintu tol tersebut. Ada lagi seorang anak AS yang sangat berminat pada jadwal kereta api sehingga sangat hafal pada seluruh jadwal kereta api dari dan ke kota manapun, berikut detil nama kereta apinya, jadwal berangkat dan jadwal tibanya, nama-nama stasiun di kota masing-masing, bahkan juga hafal berapa harga tiket di tiap-tiap trayek tersebut. Ada lagi anak AS yang sangat berminat pada benda yang “tidak umum” misalnya sangat berminat pada berbagai bentuk kipas angin, atau berbagai bentuk vacuum cleaners, atau pada nama-nama latin dari tumbuhan atau pada objek-objek lain yang tidak umum bagi anak normal. Selain objek tertentu, sebagian anak AS juga menunjukkan minat yang tinggi untuk membicarakan topik tertentu yang juga tidak biasa bagi anak normal lainnya, misalnya selalu membicarakan topik mengenai perang Iran Irak kepada siapapun di mana pun dalam situasi apapun. Keminatan mereka yang amat sangat pada objek / topik “aneh” tersebut membawa mereka terpaku pada objek tersebut dan jika mereka melakukan pembicaraan dengan orang lain akan mereka “giring” untuk membicarakan minat mereka tersebut secara detil. Cara mereka berbicara yang sangat formal, sarat dengan kosa kata “tingkat tinggi”, membuat mereka nampak sangat pintar sekaligus aneh bagi lawan bicaranya yang normal. Padahal, jika diamati, inti pembicaraan mereka cenderung melulu terdiri dari informasi mengenai jadwal atau angka atau laporan statistikal dari suatu topik, tanpa mengandung unsur informasi yang bermakna atau kesimpulan yang bermanfaat bagi yang mendengarnya.
Selain itu, anak AS cenderung berbicara sangat datar, monoton dan tanpa ritme, bahkan mereka tidak mampu menyesuaikan volume suaranya dengan sekitarnya, sehingga mereka harus selalu diingatkan untuk berbicara lebih halus jika bicara dengan orang yang lebih tua, jika berada dalam lingkungan kedukaan atau saat memasuki ruang perpustakaan atau bioskop.
Anak AS biasanya terisolasi dari lingkungannya karena kemampuan berinteraksi sosialnya yang buruk dan keminatannya yang sangat sempit. Sebetulnya anak AS mau berinteraksi dengan orang lain, namun karena mereka selalu membicarakan hal yang itu itu saja, dengan ritme yang aneh pula, tentunya sulit untuk tercapai diskusi / hubungan timbal balik yang baik.
Anak AS dilaporkan juga seringkali menunjukkan keterlambatan atau gangguan perencanaan gerak di area motorik seperti misalnya clumsy dalam kemampuan mengayuh sepeda, menangkap bola, dan memanjat. Cara mereka berjalan pun nampak kaku dan tidak nyaman dilihat.

APA PENYEBABNYA

Para ilmuwan meyakini bahwa faktor genetik berperan sangat penting dalam timbulnya AS karena adanya kecenderungan AS mengenai beberapa anggota keluarga yang sama. Namun sayangnya gen yang spesifik terganggu pada AS belum berhasil diidentifikasi dan masih dalam penelitian.

BAGAIMANA CARA MENDIAGNOSISNYA

Biasanya orang tua mulai mengenali “keanehan” anaknya di sekitar usia 3 tahun, karena sebelum usia tersebut anak AS cenderung menunjukkan pola perkembangan dan prilaku yang sama dengan anak normal. Namun dengan bertambahnya usia, orang tua mulai memperhatikan bahwa anaknya menunjukkan kemampuan berbahasa yang tinggi tapi sekaligus dengan cara bicara yang aneh. Selain itu orang tua juga mulai mengenali bahwa anak tsb mempunyai keterpakuan yang aneh pada objek / topik / ritual tertentu. Di lain pihak, orang tua menyadari bahwa anaknya mempunyai tingkat kecerdasan yang di atas rata-rata.
Dokter anak akan melakukan serangkaian pemeriksaan komprehensif terdiri dari wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisis, pemeriksaan saraf, penilaian perkembangan termasuk tingkat kemampuan kognisi dan berbahasa, evaluasi fungsi psikomotor, kemampuan kemandirian dan sebagainya.
Dokter mendiagnosis AS berdasarkan DSM-IV atau ICD X, berdasarkan adanya temuan klinis utama berupa:
· Kontak mata yang “tidak normal”
· Prilaku yang cenderung mengisolasi diri
· Tidak menengok saat dipanggil namanya
· Tidak memahami bahasa tubuh
· Terbatasnya minat untuk bermain / bersosialisasi interaktif
· Terbatasnya minat untuk bergabung dengan sebaya
· Keterpakuan pada rutinitas atau ritual tertentu yang “aneh”
· Kemampuan berbahasa yang kaku, monoton
· Clumsy atau gangguan perencanaan gerak atau grasa grusu

BAGAIMANA PENANGANANNYA

Penanganan AS berupa terapi prilaku ditujukan untuk mengurangi / menghilangkan prilaku maladaptifnya, memperbaiki kemampuan interaksi sosialnya dan kemampuannya berkomunikasi timbal balik dengan orang lain. Anak AS diharapkan dapat memperluas minatnya, mampu lebih aktif melakukan kegiatan-kegiatan terstruktur di luar minatnya dengan baik. Program terapi juga memfasilitasi system reinforcement.
Program terapi prilaku bagi anak AS secara umum meliputi:
· Pelatihan kemampuan sosial: Terapis mengajarkan anak AS ketrampilan ketrampilan yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan baik dengan orang lain
· Cognitive behavioral therapy (CBT): semacam sessi dimana anak AS diminta mengungkapkan pendapat dan perasaannya sehingga membantu anak AS yang eksplosif atau cemas untuk dapat mengendalikan emosinya dengan baik dan mengurangi keterpakukan mereka terhadap minat atau pengulangan rutinitas mereka.
· Terapi okupasi: bagi anak AS yang masih berada di bawah usia 3 tahun dan mengalami gangguan nyata pada perencanaan gerak atau masalah sensori integrasi.
· Terapi berbahasa: untuk memperbaiki kemampuan pragmatik anak AS sehingga mereka mampu berkomunikasi dengan baik sesuai dengan keadaan / orang yang diajak bicara / tempat mereka bicara.
· Pelatihan dan konseling bagi orang tua dan guru anak AS: untuk memberikan edukasi dan pelatihan mengenai program bagi anak AS di rumah dan di sekolah, serta memberikan dukungan moril bagi mereka.

BAGAIMANA “LONG-TERM OUTCOME” NYA

Dengan terapi yang baik dan paripurna yang dilakukan sedini mungkin, anak AS mampu menemukan strategi yang baik untuk menghadapi karakteristik kekurangan mereka, namun biasanya mereka tetap merasa bahwa berinteraksi sosial atau membangun hubungan personal dengan orang lain merupakan sesuatu yang sulit atau menantang. Banyak individu AS yang berhasil menjadi individu sukses di usia dewasanya, bekerja di lapangan pekerjaan yang sama dengan individu normal, bahkan banyak di antara mereka yang menjadi tenaga ahli di bidang-bidang tertentu yang cukup langka. Dalam keseharian mereka tetap membutuhkan dukungan moral dari lingkungan untuk dapat berinteraksi dengan baik dan hidup mandiri dengan sukses.

0 komentar:

 
Blogger Templates by Wishafriend.com