PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel adalah segumpal protoplasma yang berinti, sebagai individu yang berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan hidupnya. Sel itu setelah tumbuh dan berdeferensiasi, akan berubah bentuknya sesuai dengan fungsinya, ada yang menjadi epidermis berfungsi untuk melindungi sel-sel sebelah dalamnya ada yang menjadi tempat penyediaan makanan, ada yang berfungsi menjadi tempat persediaan makanan dan lain-lain.
Sel hewan tak pernah berdinding, demikian pula sel protista. Dinding sel prokariot dan cendawan berbeda sekali dari dinding sel tumbuhan. Vakuola dapat ditemui pada anggota kelima dunia, namun vakuola besar di pusat sel ada pada hampir semua sel tumbuhan, cendawan, dan beberapa protista. Kloroplas hanya terdapat pada tumbuhan dan beberapa protista (bergantung pada golongannya).
Meskipun antara sel hewan dan sel tumbuhan berbeda namun terdapat persamaan-persamaan dasar tertentu mengenai sifat, bentuk, dan fungsi dari bagian sel tersebut. Secara umum bagian-bagian sel tersebut adalah membran sel, sitoplasma, mitokondria, retikulum endoplasma, aparatus golgi, lisosom, plastida, kloroplas, sentrosom, ribosom, vakuola, inti sel, membran inti, mikrofilamen, dan dinding sel.
Oleh beberapa penulis dianggap sebagai cairan yang bersifat seperti lender. Tahun 1829 oleh Hertwig diajukan teori protoplasma yang mempunyai konsepsi lebih umum dari teori sel Schwan. Dalam teorinya dikatakan bahwa sel adalah kumpulan substansi hidup yang disebut protoplasma dengan di dalamnya mengandung inti yang disebut nucleus dan diluarnya dibatasi oleh dinding sel. Ada beberapa organisme yang struktur selnya tidak jelas, tetapi terdiri atas protoplasma.
Sel-sel penyusun tubuh makhluk hidup sangat bervariasi baik ukuran, bentuk, struktur maupun fungsinya. Secara umum sel terdiri atas membran plasma, sitoplasma, nukleus, dan organel-organel yang memiliki bentuk khusus dan secara bersama-sama membentuk sistem yang kompak. Komponen utama sel tumbuhan adalah dinding sel, sitoplasma, apparatus golgi, mmitokondria, ribosom, vakuola dan komponen lainnya. Berdasarkan organisasi internal tipe sel mikroorganisme dibedakan menjadi dua bagian yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel kariotik khas bagi hewan dan tumbuhan tetapi tidak termasuk alga hijau, alga biru dan bakteri.
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengamati bentuk-bentuk sel yang menyusun jaringan tubuh hewan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sel-sel penyusun jaringan tubuh pada hewan lebih banyak dan kompleks. Jaringan adalah kumpulan struktur, fungsi, cara pertumbuhan dan cara perkembangan serupa. Jaringan pada hewan dibagi menjadi 4 jaringan utama, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat atau penyambung, jaringan otot dan jaringan syaraf (Brotowidjoyo, 1989).
Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi suatu rongga atau suatu permukaan bebas. Sel-selnya tersusun rapat satu sama lain sehingga tidak terdapat ruang. Ruang antar sel yang biasanya berisi substansi interselular atau juga bisa disebut matriks. Dipandang dari banyaknya lapisan sel yang menyusunnya, epitel dibedakan atas epitel selapis dan epitel berlapis. Epitelium kulit melindungi jaringan di bawahnya terhadap kerusakan karena gesekan mekanis, radiasi ultraviolet, dan serangan bakteri. (Brotowidjoyo, 1989).
Jaringan epitel dibuat dari sel-sel memadat yang tersusun dalam lapisan pipih. Jaringan ini membentuk kulit yang membungkus tubuh. Jaringan epitel menjalankan berbagai fungsi. Dalam setiap kasus fungsi ini mencerminkan kenyataan bahwa epitel selalu terdapat di perbatasan antara massa sel dan rongga atau ruang. Epitelium juga berfungsi dalam mengangkut bahan-bahan dari jaringan dan ke rongga yang dipisahkannya. Epitel kolumner pada saluran pencernaan mengeluarkan enzim-enzim cerna ke dalam intestin dan juga menyerap produk akhir pencernaan makanan daripadanya. Semua kelenjar pencernaan pada tubuh dilapisi dengan epitelium. Epitelium juga melapisi tabung air dan dan rongga paru-paru (Kimball, 1992).
Jaringan ikat sering disebut jaringan penyokong atau penyambung. Letak sel-sel jaringan ikat ini tidak berhimpit rapat, tetapi berpencar-pencar dan jika berhubungan, hanya pada ujung-ujung protoplasmanya. Ciri khusus jaringan ikat adalah memiliki komponen interseluler yang disebut matriks. Bentuk sel-sel jaringan ikat ini tidak teratur, sitoplasma bergranula dan inti selnya mengelembung. Ada beberapa jenis sel-sel jaringan ikat yaitu, fibroblas, makrofag, sel tiang, sel lemak dan berbagai jenis sel darah putih. Jaringan ikat dibagi menjadi dua tipe dasar, yaitu jaringan ikat longgar dan jaringan ikat padat (Albert, 1994)
Jaringan pengikat berbeda dengan jaringan epitel, jaringan pengikat mengandung matriks yang sangat banyak. Jaringan pengikat berfungsi: untuk mengikat satu alat dengan alat lain, untuk membungkus alat-alat, untuk mengganti jaringan yang rusak (luka), untuk menetralkan racun dan untuk membentuk kerangka penyokong. Atas dasar struktur dan fungsinya, jaringan pengikat dibedakan atas tiga macam jaringan yang masing-masing dapat dibagi lagi menjadi jaringan-jaringan yang lebih khas: jaringan pengikat sebenarnya, jaringan pengikat rangka tulang rawan hialin, jaringan pengikat cair (Storer, 1957).
Sel otot disebut juga serat-serat otot. Serat otot mengandung filamen (benang) aktin dan miosin yang merupakan protein kontraktil yang memungkinkan otot memendek dan memanjang. Fungsi otot adalah sebagai alat gerak aktif. Jaringan otot tersusun atas sel-sel membujur dengan inti tampak jelas batasnya dan miofibril. Miofibril tersusun atas protein kontraktil yang terdapat di sepanjang sel dan tampak jelas pada otot rangka dan otot jantung. Batas antara sel otot terlihat jelas karena adanya sarkolema. Sarkolema adalah lapisan membran yang mengelilingi sel otot (Lim, 1998).
Jaringan otot, jaringan ini sebagian besar terdiri atas sel-sel yan berbentuk serabut-serabut dengan ukuran panjang bervariasi. Dapat dikatakan tidak mengandung matriks. Sel-sel tersusun dalam berkas-berkas yang dibungkus jaringan pengikat. Jaringan otot mempunyai daya kerut yang cukup tinggi, panjangnya dapat menyusut sampai separuh atau sepertiga panjang normal. Jaringan otot terbagi atas otot serat lintang, otot polos, otot jantung (Fahn, 1974).
Jaringan saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) yang mempunyai ciri khusus, yaitu mempunyai juluran sitoplasma yang panjang. Selain disusun oleh neuron, sel saraf juga disusun oleh sel neuroglia yang terdapat di sistem saraf pusat. Sel saraf terletak menyebar di seluruh tubuh hewan. Di dalam satu sel neuron, sitoplasmanya mengandung ribosom, badan golgi, retikulum endoplasma, dan mitokondria. Neuron mendapatkan suplai makanan melalui sel neuroglia yang menyelubunginya. Neuron tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson (Lim, 1998).
Badan sel mengandung inti sel. Setiap rangsangan akan dibawa ke badan sel oleh dendrit. Dendrit merupakan sejumlah serabut sitoplasma. Funsi dendrit adalah membawa rangsangan ke badan sel.Akson merupakan serabut sitoplasma tunggal. Fungsia akson adalah membawa rangsangan meninggalkan badan sel. Akson juga dapat bercabang-cabang di dekat ujungnya (terminal akson). Titik temu antara terminal akson neuron yang satu dengan neuron yang lainnya disebut sinapsis. Sinapsis berfungsi meneruskan rangsangan ke sel saraf yang lain (Hadioetomo, 1993).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 7 Oktober 2007 pukul 08.00-10.00, bertempat di Laboratorium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Mikroskop, Kaca benda, kaca penutup, pipet tetes, silet tajam dan tuisuk gigi.
Bahan-bahan yang digunakan adalah preparat jadi bagian kulit reptil yang mengelupas, prepaqrat jadi otot polos dan lurik, sel epitelium rongga mulut, preparat jadi sel darah merah atau eritrosit, preparat jadi tulang keras dan tulang rawan, nmetilen blue dan akuades.
3.3 Prosedur Kerja
1. Tusuk gigi digarukkan ke bagian pipi sebelah dalam kemudian pada gelas objek digoreskan
2. Objek ditetesi dengan metilen blue dan dibiarkan selama 5 menit dan kemudian ditutup dengan kaca penutup serta langsung diamati di bawah mikroskop. Digambar dan diberi keterangan bagian-bagian sel yang terlihat.
3. Untuk preparat awetan, diperhatikan bentuk dan bagaimana sel menyusun jaringan.
4. Dijelaskan bagaimana hubungan antara bentuk dan bagaimana sel menyusun jaringan dengan fungsi jaringan tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No | Sel Hewan | Keterangan | |||
1 | Otot polos (Mammal smooth muscle) | 1. Inti sel 2. Papila 3. Rongga udara Berwarna merah Perbesaran 40x | |||
2 | Sel darah merah/eritrosit (Human blood) | 1. Inti sel 2. Keping darah Berkoloni Berwarna merah Perbesaran 40x | |||
3 | Otot lurik (Mammal striated Muscle) | 1. Inti sel Berwarna merah Perbesaran 40x | |||
4 | Preparat jadi tulang keras (Mammal compact bone) | 1. Inti sel Berwarna merah Perbesaran 40x | |||
5 | Preparat jadi tulang rawan (Mammal developing cartilago bone) | 1. Inti sel Berwarna merah Perbesaran 40x | |||
6 | Preparat kulit reptil yang mengelupas | 1. Membran sel 2. Sitoplasma Berbentuk lembaran Berwarna biru keabu-abuan Perbesaran 40x | |||
7 | Sel epitelium rongga mulut | 1. Inti sel Berwarna merah Perbesaran 40x |
4.2 Pembahasan
Jaringan tubuh hewan dibedakan atas empat kelompok utama yaitu jaringan epitel yaitu jaringan yang melapisi suatu rongga atau suatu permukaan bebas, jaringan pengikat yaitu jaringan yang mengadung matriks sangat banyak, jaringan otot yaitu jaringa yang sebagian besar terdiri dari sel-sel berbentuk serabut-serabut dengan ukuran panjang yang bervariasi, dan jaringan saraf. Jaringan epitel dibedakan lagi menjadi jaringan-jaringan yang lebih khusus sesuai dengan struktur dan fungsi masing-masingJaringan pengikat mencakup beberapa jaringan yang struktur dan fungsinya sangat berlainan yaitu jaringan pengikat cair yang berupa darah. Darah yang terasusun atas matriks yang berupa cairan dan disebuut juga plasma darah, dan sel-sel yang bebas yang mengambang di dalam plasma darah .
Jaringan otot tidak banyak variasinya yaitu hanya otot seranlintang yaitu otot yang umumnya melekat pada tulang-tulang kecuali otot lidah, otot polos yaitu otot yang tersusun atas sel-sel atau serabut-serabut otot yang berbentuk kumparan pipih, kadang-kadang ujungnya belok,dan otot jantung yaitu otot yang serabut-serabutnya tidak terpisah satu sama lain, melainkan hubungan satu sama lain dengan perantara penghubung-penghubung yang berjalan condong sehingga membentuk jaringan kontraktil.
Untuk jaringan saraf yang perlu dipahami adalah perbedaan antara sel syaraf (neuron) dan bahan sel saraf (silton), serta pengertian tenyang unipolar, hipolar, multipolar, berbungkus, dan ak berbungkus.
Reptilia adalah vertebrata dengan kulit kering, tertutup oleh sisik-sisik atau papan epidermal. Tengkorak biasanya sedikit tertekan lateral, dengan sedikit kondoisi okspital. Sabuk-sabuk badan (girdle) tumbuh baik (kecuali pada ular yang tereduksi atau bahkan hilang sama sekali). Vertebrae terbagi dengan jelas menjadi 5 bagian: servikal, dada (toraks), lumbar, sakral, dan ekor (kaudal), jari-jari dan cakar.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Sel hewan tidak memiliki dinding sel yang mengandung selulosa, tidak mempunyai plastida dan tidak memiliki vakuola.
2. Otot lurik mempunyai banyak nukleus. Sedangkan otot polos tersusun oleh sel- sel yang berbentuk kumparan halus dengan satu nukleus di tengahnya.
3. Jaringan tulang rawan mempunyai matriks yang keras tapi elastis.
4. Epitelium pada rongga mulut merupakan jaringan epitel pipih selapis.
5.2 Saran
Dalam melakukan percobaan ini sebaiknya praktikan membuat sediaan dengan cara memotong setipis-tipisnya, sehingga didapatkan gambaran mikroskopik sel yang jelas, selain itu juga diperlukan ketelitian dan kecermatan agar didapat hasil yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Albert, Bruce. 1994. Biologi Molekular Edisi kedua. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Brotowidjoyo. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta
Fahn, A. 1974. Animal Anatomy. Pergamon Press. New York.
Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Kimball, J. W. 1992. Biologi Jilid 1 Edisi ke lima. Erlangga. Jakarta.
Lim, Daniel. 1998. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Storer, T. I. 1957. General Zoology. Hill Book Company. New York.
0 komentar:
Posting Komentar